Laman

Kamis, 17 November 2011

Nifas


1.      Pengertian Masa Nifas (Puerperium)
Nifas (puerperium) adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil (Farrer, 2001).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saifuddin, 2002).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2006).
 Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
.
2.      Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Saifudin (2006), asuhan nifas sangat diperlukan karena masa ini merupakan masa kritis pada ibu dan bayi, 60 persen kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 persen kematian nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa kritis bayi yaitu dua per-tiga kematian bayi terjadi dalam empat minggu kelahiran dan 60 persalinan terjadi dalam waktu tujuh hari. Pemantauan nifas pada asuhan pada ibu dan bayi dapat mencegah kematian ibu dan bayi.
Tujuan asuhan masa nifas  antara lain:
a.       Menjaga kesehatan ibu dan bayi.
b.      Melakukan scrining yang komprehensif mendeteksi masalah dan komplikasi yang muncul pada ibu dan bayi.
c.       Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu.
d.      Memberikan pelayanan dan pendidikan KB.
3.      Periode Masa Nifas
Menurut Ambarawati  (2009),  periode masa nifas terbagi menjadi tiga yaitu:
a.       Puerperium Dini
 Kepulihan dimana ibu telah dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja yang lamanya 40 hari.
b.      Puerperium Medial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c.       Remofe Puperperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat  sempurna terutama bila ibu selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
4.      Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut Prawirohardjo (2007), perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas antara lain:
a.       Perubahan Fisik
Perubahan fisik nampak sangat jelas pada perubahan abdomen, karena pengeluaran lokhea..
b.      Involusi Uteurs Dan Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina. Ada beberapa macam lochea antara lain:
1).          Lochea rubra terjadi satu sampai dua  hari darah segar berasal dari sel-sel amnion, plasenta, laguna dan vernikasiosa bersarna merah.
2).          Lochea sanguinolenta terjadi tiga sampai tujuh  hari berasal dari sekret-sekret plasenta.
3).          Lochea serosa terjadi tujuh sampai 14 hari warna kekuning-kuningan.
4).          Lochea alba terjadi lebih dari 14 hari berwarna putih karena banyak mengandung leukosit.
5).          Lochea purulenta terjadi karena adanya infeksi baunya amis, busuk dan tetap berwarna merah.
6).          Locheostatis adalah  lochea yang keluarnya tidak lancar karena involusi uterusnya kurang baik.
c.       Laktasi Atau Pengeluaran ASI
Proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai bayi menghisap dan menelan ASI, dalam masa ini ASI juga efektif untuk menghambat pembuahan atau KB alami.
d.      Perubahan Sistem Tubuh Lainnya
Perubahan ini sangat nyata terlihat, karena tubuh ibu berubah tidak lagi bersatu dengan janin yang dikandungnya. Kedua individu ini memiliki sistem fungsi tubuhnya masing-masing. Kini organ dari masing-masing individu merespon rangsangan yang berbeda yang diterima oleh masing-masing individu tersebut. Bayi sudah tidak lagi bergantung pada ibu lagi, ia harus beradaptasi dan memahami sendiri kehidupan diluar uterus.
 Uterus mengecil setelah persalinan yang tadinya sebelum hamil 30 gram, hamil menjadi 1000 gram dan setelah persalinan mengecil menjadi 500 gram 175 gram lalu 50 gram. Bekas implantasi plasenta karena uterus berkontraksi maka pembuluh darah tertutup clomous sehingga uterus akan merapat dalam waktu dua minggu kira-kira tiga sampai empat  cm. Afterpaint rasa nyeri setelah melahirkan lambat laun akan menghilang. Serviks akan berubah menjadi lebih longgar karena sudah dilewati oleh bayi. Ligamentum (otot-otot) dan diafragma pelvis sudah mulai berubah menjadi kendor.
e.       Sistem Gastrointestinal
   Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan selama satu sampai dua jam setelah kelahiran. Konstipasi dapat terjadi selama masa nifas karena kurang makan makanan yang berserat, kebiasaan menahan defekasi atau karena penggunaan enema pada saat persalinan. Defekasi harus ada dalam tiga sampai empat hari pasca persalinan. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
f.       Tekanan Darah
   Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi post partum. tetepi ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertai dalam kurang lebih dua bulan tanpa pengobatan (wikjosastro, 2002).
g.       Suhu
   Suhu badan wanita waktu inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal, tetepi tidak melebihi 38,00C. Sesudah 12 jam pertama melahirkan  umumnya suhu badan akan kembali  normal, bila suhu badan lebih dari 38,00C mungkin ada infeksi (Winkjosastro, 2002).
h.       Nadi
   Nadi berkisar umumnya antara 60 sampai 80 per-menit, segera setelah partus dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia sedangkan badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebihan. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan (Mansjoer, 2001).  
i.        Perubahan Psikis
Pada masa nifas wanita mengalami perubahan psikologis dalam penyeimbangan diri dan masa transisi menyambut tanggung jawab barunya sebagai seorang ibu, perubahan-perubahan tersebut antara lain:
1).    Perubahan Identitas Diri
Seorang wanita setelah memiliki pengalaman melahirkan akan berubah pembentukan image menurut Reva Rubin;
Image ideal yaitu sikap wanita itu melihat dirinya yang dimiliki dari pengalaman.
2).    Image Diri
Sikap wanita itu melihat dirinya yang dimiliki dari pengalamannya. Body image yaitu perubahan tubuh selama kehamilan dan perubahan nyata dari proses kehamilan.
3).    Perubahan Peran
Merupakan proses pencapaian peran menjadi orang tua yaitu dimulai selama masa kehamilan.
4).    Hubungan Ayah Dan Ibu Dengan Bayinya
Ungkapan yang digunakan untuk memberikan kesenangan dan keterikatan antara ayah, ibu dan bayinya dengan cara memberikan pasangan, sentuhan, kontak mata dan komunikasi untuk menegaskan bahwa bayi adalah anaknya yang mempunyai ciri yang sama dengan dirinya.
5).    Kemampuan
Kemampuan wanita untuk merawat dan mengasuh anaknya memberi perhatian serta menjadi kawan (Huliana, 2003).
5.      Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Menurut Ambarawati (2009), adaptasi psikologis masa nifas dibagi dalam tiga fase, yaitu:
a.    Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan, sering berulang-ulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat, untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. 
b.    Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara tiga sampai sepuluh hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Perasaan ibu sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya tidak hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri. 
c.    Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, dan keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat.
6.      Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Menurut Saifuddin (2006), pada masa nifas ada program kebijakan kunjungan yaitu empat kali  menilai status kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir (BBL) serta untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi meliputi:
a.       Kunjungan Pertama (Enam Sampai Delapan Jam Post Partum)
Tujuan:
1).    Mencegah perdarahan karena atonia uteri.
2).    Mendeteksi penyebab lain perdarahan.
3).    Memberikan konseling pada ibu atau keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas.
4).    Pemberian ASI awal.
5).    Melakukan hubungan antara ibu dan BBL.
6).    Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b.      Kunjungan Kedua (Enam Hari Post Partum)
Tujuan:
1).    Memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus berkontraksi fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau).
2).    Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
3).    Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4).    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5).    Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c.       Kunjungan Ketiga (Dua Minggu Post Partum)
Tujuan:
1).    Memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau).
2).    Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
3).    Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4).    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5).    Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
d.      Kunjungan Keempat (Enam Minggu Post Partum)
Tujuan:
1).    Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayinya alami.
2).    Memberikan konseling untuk KB secara dini.
7.      Pendidikan Kesehatan Yang Penting Pada Masa Nifas
Menurut  Saifuddin (2006), pendidikan kesehatan yang penting pada masa nifas antara lain:
a.       Kebersihan Diri
1).    Ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2).    Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan darah kelamin dengan sabun dan air, dengan arah dari depan daerah vulva ke belakang sampai daerah anus, setiap kali selesai BAK atau BAB.
3).    Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
4).    Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5).    Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
b.      Istirahat
1).    Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2).    Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
3).    Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1).    Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2).    Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3).    Menyebabkan depresi ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
4).    Gizi
Untuk memenuhi kebutuhan akan gizi, maka ibu menyusui harus:
a).    Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
b).    Makan dengan diet berimbang, untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c).    Minum sedikitnya tiga liter setiap hari (anjurkan untuk minum setiap kali menyusui)
d).   Pil zat besi harus diminum untuk menambah gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
e).    Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya.
5).    Perawatan Payudara
a).    Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.
b).    Menggunakan kutang yang menyokong payudara.
c).    Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum yang keluar pada sekitar puting setiap kali selesai menyusui.
d).   Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol satu tablet setiap empat sampai enam jam.
e).    Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
(1).Pengomperasan payudara dengan menggunakan kain  basah dan hangat selama lima menit.
(2). Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
(3). Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
(4). Susukan bayi setiap dua sampai tiga jam sekali.
(5). Letakkan kain dingin pada payudara setelah selesai menyusui.
8.      Masalah-Masalah Pada Masa Nifas
           Menurut Huliana (2003), masalah-masalah yang terjadi pada masa nifas antara lain: 
a.       Puting Susu Lecet
Puting susu dapat mengalami lecet, retak, atau terbentuk celah-celah. Biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir. Masalah ini dapat hilang dengan sendirinya jika ibu merawat payudara secara baik dan teratur.
Penanganan :
1).    Jika rasa nyeri dan luka terlalu berat, ibu dapat terus menyusui dengan  memulai pada daerah yang nyeri terlebih dahulu. Untuk mengurangi rasa sakit sebelum menyusui oles puting susu dengan es beberapa saat. Lakukan proses menyusui dengan tenang dan bernafas dalam-dalam sampai ASI mengalir keluar sehingga rasa perih berkurang.
2).     Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka masih berat, puting susu yang masih sakit dapat diistirahatkan selama 24 jam. Bersamaan dengan itu, ASI tetap dikeluarkan dengan tangan (diperas) dan dapat diberikan pada bayi dengan sendok.
b.      Puting Datar Atau Terbenam
   Dengan menggunakan pompa puting, puting susu yang datar atau terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dicekap oleh mulut bayi berusia lima sampai tujuh  hari. Usaha yang tekun dan kerjasama yang baik antara ibu dan bayi maka, ibu akan mampu mengatasi masalah ini.
c.       Payudara Bengkak
   Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebih, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama setelah lahir masih sedikit. Selain itu dapat terjadi karena bayi tidak menyusu dengan kuat, posisi menyusu yang salah, atau karena puting susu datar atau terbenam.
Penanganan:
1).    Kompres payudara dengan handuk hangat, lalu masase ke arah puting hingga teraba lebih lemas dan ASI dapat keluar melalui puting.
2).    Susukan bayi  tanpa dijadwal sampai payudara terasa kosong.
3).    Urutlah payudara mulai dari tengah lalu kedua telapak tangan ke samping, ke bawah dengan sedikit tekanan ke atas dan lepaskan dengan tiba-tiba.
4).    Keluar ASI sedikit dengan tangan agar payudara menjadi menjadi lunak dan puting susu menonjol keluar, hal ini akan mempermudah bayi menghisap.
5).    Susukan bayi lebih sering, demikian juga pada malam hari  meskipun bayi harus dibangunkan.
d.      Saluran Susu Tersumbat
                        Keadaan ini dapat timbul akibat tekanan jari pada waktu menyusui, pemakaian penyokong payudara yang terlalu ketat.
Penanganan:
                        Jika ibu merasa nyeri payudara dapat dikompres dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri.
e.       Mastitis Atau Abses Payudara
                            Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu tubuh itu meningkat, kadang-kadang disertai menggigil. Biasanya, terjadi pada masa satu sampai tiga minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi. Mastitis yang terlambat ditangani dapat berlanjut menjadi abses, ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung cairan yang berupa nanah. Untuk mengatasinya, ibu segera ke dokter dan sementara itu, ibu berhenti menyusui pada payudara yang mengalami abses tersebut dan bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat (Huliana, 2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar